Skenario Pelengseran Pemunduran Jokowi, Ahok VS UAS?
Jakarta, NAWACITAPOST – Tuntutan Presiden Joko Widodo atau Jokowi lengser untuk mundur teratur muncul. Terlebih disaat tengah pandemi Covid 19. Tuntutan diduga muncul dari beragam kaum. Diantaranya radikalis agama, poros Cendana, mafia dan pengusaha hitam. Masih ada lagi golongan lainnya. Seperti koruptor, barisan kaum kalahdi Pilpres yang rugi modal, Purnawirawan TNI-Polri dan eks pecatan menteri. Tentu kesemuanya berkolaborasi membuat beberapa skenario pemunduran atau pelengseran Jokowi. Alih – alih utama terlihat nyata pada Ahok dan UAS.
Lewat strategi bentrokan umat beragama. Era Jokowi, pelarangan beribadah umat beragama non muslim terus menguat. Demikian juga penggagalan pendirian rumah ibadah. Kaum radikalis mencoba memantik kemarahan umat minoritas. Terus mengganggu kebebasan beragama umat minoritas. Ada tiga keuntungan dengan mengganggu ibadah kaum minoritas. Kaum minoritas akan menuntut Jokowi membela sebagai kaum teraniaya. Jika Jokowi diam, maka umat minoritas akan kehilangan simpati kepada Jokowi. Lantas berbalik menyerang Jokowi.
BACA JUGA: Bukan Saatnya Lagi, Takut dan Khawatir akan Rampok?
Keuntungan selanjutnya adalah menunggu reaksi Jokowi. Jika Jokowi membela kaum minoritas secara terang – terangan, maka kaum radikalis akan melawan. Justru semakin beringas, membuat kegaduhan baru sehingga pecah bentrokan. Berikutnya adalah dengan melarang umat minoritas mendirikan rumah ibadah walaupun sudah ada IMB. Tetap mengganggu ibadah maka perasaan hebat di kalangan kaum radikalis terpuaskan. Termotivasi untuk mempererat perasaan bersatu dan merasa lebih hebat dan kuat.
BACA JUGA: Yasonna Sembari Lantik Pejabat Eselon II Kemenkumham, Ajak Sukseskan New Normal
Semakin Jokowi membela kaum minoritas, maka reaksi keras kaum radikalis semakin menjadi – jadi. Akan menimbulkan kegaduhan serupa di seluruh wilayah Nusantara. Konflik umat beragama pun tersulut. Terjadilah kekacauan yang pada ujungnya menuntut Jokowi mundur. Skenario dibaca benar oleh Jokowi. Jangan heran jika Jokowi tidak reaktif. Tidak grasa grusu dan lantang membela kamum minoritas yang teraniaya. Terkadang Jokowi mendiamkan walaupun isu pelarangan ibadah dan gangguan pendirian gereja begitu viral. Terkadang Jokowi meminta kepala daerah untuk menangani langsung. Terutama masalah kehidupan beragama di daerahnya masing – masing.
BACA JUGA: Sosok Yasonna Laoly di Mata Ephorus BNKP, Terucap Terima Kasih dan Tuhan Memberkati
Jika isu sudah menjad isu nasional, barulah Jokowi memberi tugas kepada Menkopolhukam dan Mendagri. Yakni untuk membereskan masalah kehidupan beragama. Tentu saja tetap dengan soft approach. Lantaran adalah bagian strategi agar tidak termakan skenario kaum radikalis. Pasalnya dalam kasus Ustadz Abdul Somad (UAS) terang – terangan menghina Agama Kristen. Namun, proses hukum terlihat tumpul. Berbeda perlakuan jika kaum minoritas melakukan hal yang sama. Dalam kasus Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) misalnya. Proses hukum benar – benar ditegakkan. Tetapi dalam kasus UAS, hukum dibiarkan mengendap. Mengapa? Jika UAS diproses justru akan memicu konflik baru yang sasarannya kepada Jokowi lagi.
BACA JUGA: 67 Tahun Yasonna Laoly : Bermakna, Berkesan dan Berpesan bagi Semua. Berikut Testimoni Para Tokoh !
UAS mengatakan dalam ceramahnya pada 18 Agustus 2019 di akun sosial media (sosmed). Apa sebabnya ustadz kalau menengok salib menggigil hati saya? Setan. Saya tausiah di seberang Pulau Batam. Batam, satu jam setengah kami sampai. Tapi tidak terasa satu jam setengah karena film yang diputar ‘Tenggelamnya Kapal van der Wijck’. Meleleh air mata penonton menengok Jainudin meninggalkan Ayat. Apa sebabnya kata ibu itu, mirip macam gini. Saya terlalu terbayang salib, nampak salib. Jin kafir sedang masuk, karena di salib itu ada jin kafir. Dari mana masuknya jin kafir? Karena ada patung. Kepalanya ke kiri apa ke kanan? Nah.. Ada yang ingatkan? Itu ada jin di dalamnya. Jin kafir. Di dalam patung itu ada jin kafir. Makanya kita tidak boleh menyimpan patung. Jin kafir itulah yang mengajak. Makanya kalau keluarga kita di rumah sakit di dalamnya ada jin kafir itu, tutup. Tutup itu. Kalau sampai dia sakratul maut kita tak ada di situ, dia sedang diajak jin kafir. Berhasil. Berapa keluarga orang islam yang mati dalam keadaan husnulkhatimah. Dipanggilin, haleluya. Nauzubillah, Nauzubillah. Selamatkan orang Islam. Kalau kau tak sanggup mengkafirkan dia waktu hidup, kafirkan dia menjelang kematiannya. Tak juga sanggup, antar dia ke makamnya pakai ambulance lambang kafir. Balik dari sini, beli piloks hapus itu ganti bulan sabit merah.
BACA JUGA: Yasonna, Wajah Nias Batak, Ayahnya Pernah Dagang Minyak Goreng
Skenario lanjutannya adalah memancing kerusuhan sosial dengan alasan faktor ekonomi. Munculnya kelompok yang memprovokasi saatnya menjarah toko dan mall adalah bentuk nyata skenario. Terus memframing bahwa ekonomi begitu sulit, pengangguran begitu tinggi dan kemiskinan merajalela. Para lawan Jokowi menunggu dan terus menunggu pemantik kerusuhan. Ketika kerusuhan mulai meletus, maka lawan – lawan Jokowi siapmenyiram bensin. Tentu saja untuk membesarkannya. Kerusuhan 1998 adalah awal kejatuhan kedigdayaan Soeharto yang puluhan tahun tak tergoyahkan. Hal yang sama dicoba diulangi untuk melengserkan Jokowi di tengah jalan.
BACA JUGA: Yasonna Menjawab, Jangan Sepelekan Minta Bangun Lapas
Jokowi paham benar situasi. Jangan heran, aparat keamanan begitu reaktif kalau ada berita ajakan menjarah di medsos (media sosial). Pelaku langsung diburu dan dicokok tanpa ampun. Pihak yang mencoba memprovokasi situasi, langsung dipadamkan dengan kekuatan penuh. Skenario selanjutnya adalah tuduhan PKI. Publik pikir, tuduhan PKI akan padam setelah Pilpres. Ternyata tidak. Isu TKA China dan China Komunis terus digoreng. Perhatikanlah. Kata ‘China’ terus digarisbawahi.
BACA JUGA: Si Kurang Senyum Moeldoko, Tak Pernah Lipat Jari Tangan, Naik Kereta Gratis, Ditangkap Kondektur
Mengapa kata ‘China’ terus digoreng? Ada dua alasan. Pertama, untuk menakut – nakuti keturunan China yang notabene menguasai perekonomian negara. Jika takut dan tidak percaya lagi kepada Jokowi, maka duit mereka akan dibawa deras ke luar negeri. Jika hal itu terjadi, maka perekonomian akan ambruk seketika. Sehebat apapun Jokowi mempertahankan ekonomi Indonesia akan sama saja. Tentu jika pengusaha keturunan tidak lagi percaya, maka ekonomi Indonesia langsung ambruk. Ingat ketika kerusuhan 1998. Mengapa ekonomi ambruk? Dimulai dengan kerusuhan anti China. Lalu pengusaha China kabur ke luar negeri bersama duitnya. Apa yang terjadi? Ekonomi langsung ambruk.
BACA JUGA: Artis Cilik Indonesia Bersuara Khas, Kobarkan Segarkan Bangkitkan Tagline Nias Pulau Impian
Kemudian, untuk membuat musuh bersama. Para lawan Jokowi sebenarnya tidak kuat banget. Merasakan juga rapuh. Oleh karenanya, membutuhkan musuh bersama. Tanpa musuh bersama maka masing – masing akan terpecah – pecah. Nah, Jokowi diframing bagian dari antek China. Demikian Jokowi adalah musuh bersama yang dapat memperkuat persatuan antek China. Menguatnya framing Jokowi antek China. Ditambah ekonomi ambruk, isu TKA China masuk dan menguasai Indonesia. Maka kaum mahasiswa akan terpancing turun di jalan. Inilah tujuan sebenarnya.
BACA JUGA: Megawati, Titisan Soekarno Melanjutkan Perjuangan Politik Merdeka
Demo 1966 yang menurunkan Soekarno dan 1998, dipelopori oleh mahasiswa. Jika mahasiswa berhasil dipancing, maka pemerintahan bisa goyah. Jadi, lawan Jokowi terus memancing mahasiswa agar turun. Tanpa mahasiswa, tentulah kurang kuat. Nah, bagaimana supaya mahasiswa di seluruh Indonesia turun? Jika isu agama, jelas mahasiswa enggan turun. Tetapi jika isu komunis dan isu utang, diyakini mahasiswa bisa terpancing. Nah, jika mahasiswa ikut turun ke jalan mengecam Jokowi sebagai antek China, maka skenario pelengseran tinggal selangkah lagi. Sementara, para Purnawiran TNI yang tidak mendapat tempat di Pemerintahan Jokowi membentuk barisan sakit hati. Seperti munculnya tuntutan mundur dari Ruslan Buton. Merupakan mantan perwira pertama yang dipecat dari TNI adalah contoh konkrit cara para mantan perwira ingin membalas dendam.
BACA JUGA: BUMN Pertamina Dibawah Kepemimpinan Ahok Bungkam Rengekan Harga BBM Turun
Tentu saja ingin agar Jokowi lengser. Jika ada 800 ratusan jenderal yang dicatut pro Said Didu Vs Luhut adalah bentuk nyata. Yaitu cara para mantan Jenderal siap mencari alasan menghantam Jokowi. Bisa dipahami jika Menteri Investasi Luhut maju mundur untuk memasukkan tenaga kerja ahli dari China untuk membangun smelter. Kadang Luhut tarik undur. Kadang pula mengatakan TKA China masuk sesuai dengan prosedur. Kadang mengatakan masih ditunda sampai bulan Juni Juli atau pandemi Corona selesai. Demikian pun terkait soal Said Didu. Aparat juga akan menunggu momen yang tepat untuk melanjutkan atau menghentikan proses hukum terhadap Said Didu. Paling tidak pemanggilan Said Didu. Sudah cukup memberi peringatan bahwa fitnah tanpa dasar tidak dibenarkan oleh siapapun.
BACA JUGA: Keberadaan Imperialisme ARAB di Indonesia Jelas Terasa, Benarkah?
Skenario selanjutnya adalah isu anti Islam. Isu mall dibuka sedangkan masjid ditutup adalah dua hal yang digoreng. Framingnya adalah pemerintah zalim terhadap umat Islam. Beribadah dilarang sedangkan mall dibuka. Jika isu bisa digoreng dan berhasil membesar serta menyinggung umat Islam, maka terjadi kemarahan secara massal. Jokowi akan menjadi musuh bersama dan wajib dilengserkan. Jokowi juga paham benar skenario. Sebelum membuat kebijakan pelarangan ibadah di rumah ibadah ataupun sholat di jalan, Jokowi terlebih dahulu berkomunikasi. Terutama dengan dua organisasi kagamaan terbesar yakni Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah. Kemudian juga ditambah berkomunikasi dengan MUI.
BACA JUGA: Susi Pudjiastuti, Sang Doctor Pengepul Ikan Pernah Jabat Menteri Kelautan Perikanan
Setelah setuju, maka Jokowi mengeluarkan kebijakan larangan ibadah bersifat massal di masa pandemi Covid 19. Skenario lanjutan adalah memunculkan konflik diantara menteri Jokowi sendiri. Tentu ada persaingan diantara menteri Jokowi. Banyak kebijakan menteri Jokowi tumpang tindih satu sama lain. Apa pesan dari kekacauan? Pesannya adalah para menteri berhasil dipengaruhi oleh penumpang gelap yang masuk di istana. Diamnya KSP Moeldoko yang gagal menjadi Menkopolhukam misalnya. Ikut mempengaruhi koordinasi diantara para menteri di lingkar istana. Perhatikanlah mengapa Moeldoko jarang muncul. Berarti ada sedikit friksi di istana. Miskomunikasi di kalangan menteri Jokowi tentu berdampak negatif pada wibawa Pemerintahan Jokowi.
BACA JUGA: Isu Bergulir Demokrat Bakal KLB 4 Juni Mendatang, Tak Pelak Demokrat Senasib Golkar?
Tak tertutup kemungkinan, bisa muncul blunder menteri Jokowi. Ini bisa membuat Kabinet Jokowi lemah, terutama dalam menangani masalah Covid 19. Akibatnya sasaran tembak adalah Jokowi sendiri. Terlihat jelas, cara musuh Jokowi langsung menyerang menteri yang berlatar belakang minoritas. Para menteri Jokowi menjadi sasaran tembak. Luhut, Yasonna dan Terawan adalah sasaran tembak. Di sosial media beredar isu Kalapas yang dipecat dengan alasan sebenarnya korupsi . Diframing dengan alasan hoax karena mewajibkan baca Al Quran para Napi. Adalah bagian dari serangan kepada menteri Jokowi. Luhut, Yasonna dan Terawan terlihat juga terlihat hati – hati. Dalam penangkapan Bahar Bin Smith tempo hari, berkat kesigapan dan persiapan matang aparat, taktik Bahar gagal. Taktik untuk menjebak polisi masuk ke tempat Ibadah dan mengulur waktu demi menghimpun kekuatan massa. Kini Bahar langsung dijebloskan ke Nusakambangan dengan keamanan tingkat tinggi. Tujuannya memutus total hubungannya dengan para pengikutnya.
BACA JUGA: Ekonomi, Bobroknya Orde Baru VS Hebatnya Jokowi
Jika nantinya ada pelonggaran PSBB terkait Covid 19, tidak lepas dari bagian strategi Jokowi. Tujuannya adalah agar ekonomi tidak benar – benar lumpuh dan ambruk. Demikian juga untuk menangkal kolaborasi pelengseran dirinya dengan menunggangi Covid 19. Jokowi menguatkan intelijen. Jangan heran pimpinan penanganan Covid 19 adalah seorang Jenderal dengan berkolaborasi dengan BIN. Apakah Jokowi bisa dimundurkan atau dilengserkan? Orang benar, orang yang berjuang untuk bangsanya, sulit dimundurkan atau dilengserkan. Selalu saja ada jalan untuk lolos. Karena banyak tangan yang membelanya. (Ayu Yulia Yang)
Sumber berita : Asaaro Lahagu
BACA JUGA: Ray, Penderita Kanker Otot, Butuh Uluran Tangan
The post Skenario Pelengseran Pemunduran Jokowi, Ahok VS UAS? appeared first on Nawacita.
Komentar
Posting Komentar