Perihal Tentang Keterangan Amalan dan Tata Cara Rebo Wekasan Sesuai Sunnah
Semua hal yang berhubungan dan bejalan dengan sisi kehidupan mahluq itu tidak lepas dari kehendak Allah S.W.T, termasuk dari ketetapan dari berjalannya bulan-bulan hijriah yang sudah menjadi ketentuan dari kepastian serta kehendaknya.
Dimana semuanya tersebut merupakan bagian dari pada wujud nyata adanya tatanan kehidupan terutama bagi umat manusia di muka bumi ini, baik itu yang bersifat buruk maupun yang baik di pandang manusia, semuanya sudah berjalan dengan waktu yang telah di tentukan.
Juga dari adanya ketetapan penanggalan bulan-bulan hijriah yang menjadi ukuran dan waktu bagi umat islam dalam merencanakan sesuatu yang memang sudah di canangkan sebelumnya, dan dari bulan-bulan hijriah itu adalah adanya bulan shopar yaitu bulan kedua di tahun Hijriah.
Meskipun banyak umat yang berperasangka dan bernilai kurang begitu baik terhadap bulan shapar tersebut, bahkan ada sebagian orang yang mengatakan bulan yang tidak cukup baik untuk melakukan dan mengawali sebuah perencanaan karena memang di bulan shopar ini di turunkannya berbagai musibah ke muka bumi ini.
Sebagaimana dan sesuai keterangan-keterangan yang di jelaskan oleh para Ulama dalam beberapa redaksi kitabnya, Sehingga dalam istilah bulan shapar ini dikenal dengan rebo wekasan yaitu hari rabu terakhir di bulan shopar tersebut.
Yang dimana menurut penjabaran keterangan yang di nukil dari kitab-kitab para ulama di sebutkan bahwa
ذَكَرَ بَعْضُ الْعَارِفِيْنَ مِنْ أَهْلِ الْكَشْفِ وَالتَّمْكِيْنِ أَنَّهُ يَنْزِلُ فِيْ كُلِّ سَنَةٍ ثَلَاثُمِائَةِ أَلْفِ بَلِيَّةٍ وَعِشْرُوْنَ أَلْفًا مِنَ الْبَلِيَّاتِ، وَكُلُّ ذَلِكَ فِيْ يَوْمِ الْأَرْبِعَاءِ الْأَخِيْرِ مِنْ صَفَرَ؛ فَيَكُوْنُ ذَلِكَ الْيَوْمُ أَصْعَبَ أَيَّامِ السَّنَةِ؛
Artinya : “Sebagian orang yang ma’rifat dari ahli kasyaf dan tamkin menyebutkan: setiap tahun, turun 320.000 cobaan. Semuanya itu pada hari Rabu akhir bulan Shafar, maka pada hari itu menjadi sulit-sulitnya hari di tahun tersebut”.
فَمَنْ صَلَّى فِيْ ذَلِكَ الْيَوْمِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ مِنْهَا بَعْدَ الْفَاتِحَةِ سُوْرَةَ (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ) سَبْعَ عَشْرَةَ مَرَّةً وَالْإِخْلَاصِ خَمْسَ مَرَّاتٍ، وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ مَرَّةً مَرَّةً، وَيَدْعُوْ بَعْدَ السَّلَامِ بِهَذَا الدُّعَاءِ حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى بِكَرَمِهِ مِنْ جَمِيْعِ الْبَلَايَا الَّتِيْ تَنْزِلُ فِيْ ذَلِكَ الْيَوْمِ، وَلَمْ تَحُمْ حَوْلَهُ بَلِيَّةٌ مِنْ تِلْكَ الْبَلَايَا إِلَى تَمَامِ السَّنَةِ
Artinya : “Barang siapa shalat pada hari itu 4 rakaat, yang mana setiap satu rakaat sesudah surat Al Fatihah dia membaca: Surat Innaa A’thainaakal Kautsar 17 kali, Surat Al Ikhlash 5 kali, Al Mu’awwidzatain (Surat Al Falaq dan Surat Annaas) masing-masing satu kali.
Akan tetapi hakikatnya itu adalah sebuah kemaslahatan yang begitu bernilai bagi seorang manusia yang bertaqwa, karena landasan mengenai sesuatu yang di anggap musibah selama ini adalah sejatinya cobaam dan ujian yang selalu senantiasa dapat di ambil pembelajaran dan hikmahnya.
Termasuk dari keidentikan bulan shafar sebagai bulan yang sial memang masih banyak orang yang masih mempercayai istilah tersebut, Sehingga mampu di jabarkan sebagai bula yang kurang baik untuk melakukan sebuah perancanaan peranan hidup dan kehidupan.
Sebenarnya istilah bulan shafar sebagai bulan yang buruk ataupun sial itu hanya kepercayaan bangsa Quraisy dahulu, Dimana mereka (kaum qurais) sering mengatakan bahwa bulan Shafar adalah bulan sial. Tasa’um (anggapan sial) ini telah terkenal pada umat jahiliah dan sisa-sisanya masih ada di kalangkan muslimin hingga saat ini.
Namun sebagai seorang muslim yang bertaqwa tentunya mampu menjabarkan arti dari pada kesialan yang identik dengan bulan shafar itu, karena semua yang telah di turunkan ke muka bumi ini (termasuk dari pada musibah ataupun penyakit) tidak lepas dari kehendaknya sesuai dengan kemanfaatan dan kemaslahatan mahluqnya.
Abu Hurairah berkata, bersabda Rasulullah,
“Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa.” (H.R.Imam al-Bukhari dan Muslim).
Artinya anggapan dan penilaian salah mengenai kesialan di bulan shafar tersebut jangan sampai membelokan keyakinan yang cenderung pada sesuatu akibat dari sebuah perkara, akan tetapi mampu di luruskan kembali kepada jalan yang benar yaitu tetap bersandar kepada Allah S.W.T.
Sedangkan mengenai pandangan kaum jahiliyah Quraisy dahulu itu wajar saja, karena pada masa itu mereka berkeyakinan bahwa penyakit itu dapat menular dengan sendirinya, tanpa bersandar pada ketentuan dari takdir Allah. Dan keyakinan tersebut jauh dengan nilai-nilai tauhid islam yang sesungguhnya.
Lalu bagaimana dengan firman Allah Ta’ala, yang artinya:’’Kaum ‘Aad pun mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku, Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus. yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok korma yang tumbang” (Q.S al-Qamar (54:18-20).
Sebagaimana yang di terangkan oleh Imam al-Bagawi dalam tafsir Ma’alim al-Tanzil menceritakan, bahwa kejadian itu (fi yawmi nahsin mustammir) tepat pada hari Rabu terakhir bulan Shafar. Orang Jawa pada umumnya menyebut Rabu itu dengan istilah Rabu Wekasan. Hemat penulis, penafsiran ini hanya menunjukkan bahwa kejadian itu bertepatan dengan Rabu pada Shafar dan tidak menunjukkan bahwa hari itu adalah kesialan yang terus menerus.
Istilah hari naas yang terus menerus atau yawmi nahsin mustammir juga terdapat dalam hadis nabi. Tersebut dalam Faidh al-Qadir, juz 1, hal. 45, Rasulullah bersabda, “Akhiru Arbi’ai fi al-syahri yawmu nahsin mustammir (Rabu terakhir setiap bulan adalah hari sial terus).”
Hadits ini lahirnya bertentangan dengan hadits sahih riwayat Imam al-Bukhari sebagaimana disebut di atas. Jika dikompromikan pun maknanya adalah bahwa kesialan yang terus menerus itu hanya berlaku bagi yang mempercayai. Bukankah hari-hari itu pada dasarnya netral, mengandung kemungkinan baik dan jelek sesuai dengan ikhtiar perilaku manusia dan ditakdirkan Allah.
Bagaimana dengan pandangan Abdul Hamid Quds dalam kitabnya Kanzun Najah Was-Surur Fi Fadhail Al-Azminah wash-Shuhur yang menjelaskan: banyak para Wali Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual yang tinggi mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar.
Oleh sebab itu hari tersebut menjadi hari yang terberat di sepanjang tahun. Maka barangsiapa yang melakukan shalat 4 rakaat (nawafil, sunnah), di mana setiap rakaat setelah al-Fatihah dibaca surat al-Kautsar 17 kali lalu surat al-Ikhlash 5 kali, surat al-Falaq dan surat an-Naas masing-masing sekali; lalu setelah salammembaca do’a, maka Allah dengan kemurahan-Nya akan menjag a orang yang bersangkutan dari semua bala bencana yang turun di hari itu sampai sempurna setahun.
Dari penjelasan tersebut bisa di kethaui bahwa tidak ada keidentikan sial dengan bulan shafar, karena itu telah menjadi ketetapan dan kehendak dari Alloh S.W.T sebagai pembelajaran dan pengevalusian bagi umat manusia.
1. Tidak ada nash hadits khusus untuk akhir Rabu bulan Shofar, yang ada hanya nash hadits dla’if yang menjelaskan bahwa setiap hari Rabu terakhir dari setiap bulan adalah hari naas atau sial yang terus menerus, dan hadits dla’if ini tidak bisa dibuat pijakan kepercayaan.
2. Tidak ada anjuran ibadah khusus dari syara’.Ada anjuran dari sebagian ulama’ tasawwuf namun landasannya belum bisa dikategorikan hujjah secara syar’i.
3. Tidak boleh, kecuali hanya sebatas sholat hajat lidaf’ilbala’almakhuf (untuk menolak balak yang dihawatirkan) atau nafilah mutlaqoh (sholat sunah mutlak) sebagaimana diperbolehkan oleh Syara’, karena hikmahnya adalah agar kita bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Lalu apa saja amalan yang semestinya dilakukan oleh umat islam ketika datang bulan shafar atau lebih tepatnya di hari rebo wekasan tersebut?
Mengenai perihal itu berdasarkan keterangan yang telah disebutkan tadi, bahwa banyak amalan sunnah yang di anjurkan untuk bisa di amalkan bagi setiap umast islam di rabu akhir bulan shafar, di antaranya :
Shalat Sunnah 4 Rokaat
Tiap Satu Rokaat Membaca: Fatihah satu kali, Al kautsar 17 kali, Al Ikhlash 5 kali, Al Falaq satu kali dan Annas satu kali, Kemudian berdoa:
بِسْــمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
اَللّـٰـهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوٰى ، وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ ، يَا عَزِيْزُ ، يَا مَنْ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ ، اِكْفِـنِيْ مِنْ شَرِّ جَمِيْعِ خَلْقِكَ ، يَا مُحْسِنُ ، يَا مُجَمِّلُ ، يَا مُتَفَضِّلُ ، يَا مُنْعِمُ ، يَا مُتَكَرِّمُ، يَا مَنْ لآَ إِلٰـهَ إِلاَّ أَنْتَ ، اِرْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Artinya: “Dengan menyebut asma Allah Yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Ya Allah Wahai Yang Maha Kuat kekuatan-Nya, wahai Yang sangat rekadaya-Nya, wahai Yang Maha Perkasa yang mana kepada keperkasaan-Mu tunduklah segala makhluk, cukupkanlah aku dari segala makhluk-Mu, wahai Yang Maha Baik, wahai Yang Maha Memperindah, wahai Yang Maha Memberi karunia, wahai Yang Maha Memberi nikmat, wahai Yang Maha Memulyakan, wahai Yang tiada Tuhan selain Engkau, kasihilah aku dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.
اَللّـٰـهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِـيْهِ وَأُمِّـهِ وَبَنِيْـهِ اِكْفِـنِيْ شَرَّ هٰذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ . يَا كَافِيْ (فَسَـيَكْفِيْـكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ) ، وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آٰلِـهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Artinya: “Ya Allah, dengan rahasia yang ada pada sayyid Hasan, saudaranya (Sayyid Husein) , kakeknya (Nabi Muhammad shallallaahu ‘Alaihi wasallam) , ayahnya (sayyidina Ali) ,ibunya (Sayyidah Fathimah), serta keturunannya, jauhkanlah hamba dari keburukan hari ini dan keburukan yang turun di dalamnya, wahai Dzat Yang mencukupi ( Allah akan mencukupi kamu sekalian dan Allah Maha mengetahui lagi Maha mendengar). Dia adalah sebaik-baik Dzat Yang mencukupi dan menguasai, tiada daya dan kekuatan selain hanya dari Allah yang maha Agung dan maha Luhur. Dan semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada baginda Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya.
Kemudian menulis ayat tersebut dibawah ini, lalu dibasuh dengan air, dan airnya diminum:
سلام قولا من رب رحيم. سلام على نوح في العالمين. سلام على إبراهيم. سلام على موسى وهارون. سلام على إلياسين. سلام عليكم طبتم فادخلوها خالدين. من كل أمر سلام هي حتى مطلع الفجر
Keberkahan dari amalan di rebo wekasan tersebut semoag bisa mengalir dan begitu terasa bagi setiap muslim yang mengamalkannya, sekaligus menjadi cara terbaik dalam menanggapi dan menyikapi datangany beribu musibah di bulan shafar ini.
Itulah salah satu penjelasan penting mengenai perihal bulan shafar ini, semoga senantiasa menjadi penjabaran lebih lanjut bagi setiap umat islam tentang hal-hal yang berhubungan dengan bilan shafar itu sendiri, kiranya bisa di perlengkap lagi penerangannya oleh beberapa redaksi lainnya.
Wallohu A’lamu Bishowaab
Semoga Bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar